KATETERISASI URINE

Kateterisasi Urine

Aug 26, '07 11:25 AM
for everyone

Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal - hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati – hati ( Brockop dan Marrie, 1999 ).

Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) pemasangan kateter urine dapat dilakukan untuk diagnosis maupun sebagai terapi. Indikasi pemasangan kateter urine untuk diagnosis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.

2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar.

3.

13

Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam kandung kemih melalui kateter.

1. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil pressure.

Indikasi Pemasangan Kateter urine sebagai Terapi adalah :

1. Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah seperti secsio alta, repair reflek vesico urethal, prostatatoktomi sebagai drainage kandung kemih.

2. Mengatasi obstruksi infra vesikal seperti pada BPH, adanya bekuan darah dalam buli-buli, striktur pasca bedah dan proses inflamasi pada urethra.

3. Penanganan incontinensia urine dengan intermitten self catheterization.

4. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ).

5. Memasukan obat-obat intravesika antara lain sitostatika / antipiretika untuk buli - buli.

6. Sebagai splint setelah operasi rekontruksi urethra untuk tujuan stabilisasi urethra,

Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) Jenis – jenis pemasangan kateter urine terdiri dari :

1. Indewelling catheteter yang biasa disebut juga dengan retensi kateter / folley cateter – indewelling catheter dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kandung kemih.

2. Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka waktu yang pendek ( 5-10 menit ) dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri.

3. Suprapubik catheter kadang - kadang digunakan untuk pemakaian secara permanent. Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat sayatan kecil diatas suprapubik

Saat ini ukuran kateter yang biasanya dipergunakan adalah ukuran dengan kalibrasi French ( FR ) atau disebut juga Charriere ( CH ). Ukuran tersebut didasarkan atas ukuran diameter lingkaran kateter tersebut misalkan 18 FR atau CH 18 mempunyai diameter 6 mm dengan patokan setiap ukuran 1 FR = CH 1 berdiameter 0,33 mm. Diameter yang diukur adalah diameter pemukaan luar kateter. Besar kecilnya diameter kateter yang digunakan ditentukan oleh tujuan pemasangan kateter urine tersebut untuk klien dewasa,ukuran kateter urine yang biasa digunakan adalah 16-19 FR. Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen pada kateter tersebut.

Bahan kateter dapat berasal dari logam ( Stainlles ), karet ( Latteks ), latteks dengan lapiasan silicon ( Siliconized ). Perbedaan bahan kateter menentukan biokompabiliti kateter didalam buli-buli sehingga akan mempengaruhi daya tahan kateter yang terpasang di buli - buli.

Menurut ( Brunner dan Suddart, 1986 ), Prosedur pemasamgan kateter urine melalui beberapa tahap :

a. Persiapan alat

v Sterill

- Kateter yang akan dipasang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan satu ( 1 ) buah disiapkan dalam bak steril.

- Pinset anatomis 1 buah.

- Sarung tangan 1 pasang.

- Spuit 10-20 cc 1 buah.

- Kain kassa 2 lembar.

- Kapas sublimate dalam tempatnya.

- Air / aquabidest NaCl 0,9 % secukupnya.

- Xylocain jelly 2 % atau sejenisnya

- Slang dan kantong untuk menampung urine.

v Tidak Steril

- Bengkok 1 buah.

- Alas bokong 1 buah

- Lampu sorot bila perlu

- sampiran tangan 1 pasang

- Selimut mandi / kain penutup

- Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril.

a. Persiapan klien

Terutama untuk tindakan kateterisasi urine klien harus diberi penjelasan secara adekuat tentang prosedur dan tujuan pemasangan kateter urine. Posisi yang biasa dilakukan adalah dorsal recumbent,berbaring di tempat tidur / diatas meja perawatan khususnya bagi wanita kurang memberikan fasa nyaman karena panggul tidak ditopang sehingga untuk melihat meatus urethra menjadi sangat sulit. Posisi sims / lateral dapat dipergunakan sebagai posisi berbaring / miring sama baiknya tergantung posisi mana yang dapat memberikan praaan nyaman bagi klien dan perawat saat melakukan tindakan kateterisasi urine.

b. Persiapan perawat

- Mencuci tangan meliputi :

ü Melepaskan semua benda yang ada di tangan

ü Menggunakan sabun

ü Lama mencuci tangan 30 menit

ü Membilas dengan air bersih

ü Mengeringkan dengan handuk / lap kering

ü Dilakukan selama dan sesudah melakukan tindakan kateterisasi urine

- Memakai sarung tangan

- Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien.

c. Pelaksanaan

a) Pasang sampiran dan pintu ditutup

b) Perlak dan alasnya dipsang dibawah gluteus

c) Letakan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien

d) Cuci tangan

e) Pada klien pria :

Klien berbaring, perawat berada di sebelah klien, meatus uretra dan glandula penis disinfeksi dengan cairan antiseptic, pasang doek bolong dan perawat memakai handscone steril, selang kateter diberi jelly secukupnya pada pemukaan yang akan dimasukan pada uretra, penis ditegakkan lurus keatas dan tanpa ukuran kateter urine dimasukan perlahan kedalam buli-buli, anjurkan klien untuk menarik nafas panjang.

f) Pada klien wanita

Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan perawat yang dibungkus dengan kapas savlon, bersihkan vulva sekurang - kurangnya tiga kali, perawat memakai sarung tangan dengan menggunakan kassa steril dan bethadin 10% disinfeksi labia mayora dan lipat paha, pasang doek bolong steril, kateter urine dimasukan perlahan - lahan yang sebelumnya telah diberi jelly dan klien dianjurkan menarik nafas dalam.

g) Urine yang keluar ditampung dalam urine bag.

h) Isi balon kateter urine dengan aquabidest / nacl 0,9% = 10 cc sesuai dengan petunjuk yang tertera pada pembungkus kateter urine.

i) Fiksasi kateter urine di daerah pangkal paha

j) Letakan urine bag lebih rendah daripada kandung kemih atau gantung urine bag di bed.

k) Disinfeksi sambungan urine bag dengan kateter urine.

l) Rapihkan klien,bersihkan alat,

m) Perawat cuci tangan

n) Memberikan penjelasan kembali tentang prosedur tindakan pada klien.

d. Perawatan kateter urine selama terpasang kateter

Perawatan kateter urine sangat pentung dilakukan pada klien dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urine seperti infeksi dan radang pada saluran kemih, dampak lain yang mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia perawatan yang dilakukan meliputi : menjaga kebersihan kateter dan alat vital kelamin, menjaga kantong penampumg urine dengan tidak meletakan lebih tinggi dari buli-buli dan tidak agar tidak terjadi aliran balik urine ke buli-buli dan tidak sering menimbulkan saluran penampung karena mempermudah masuknya kuman serta mengganti kateter dalam jangka waktu 7-12 hari. Semakin jarang kateter diganti, resiko infeksi makin tinggi, penggantian kateter urine tergantung dari bahan kateter urine tersebut sebagai contoh kateter urine dengan bahan latteks silicon paling lama dipakai 10 hari,sedang bahan silicon dapat dipakai selama 12 hari. Pada tahap pengangkatan kateterisasi urine perlu diperhatikan agar balon kateter urine telah kempis. Selain itu menganjurkan klien menarik nafas untuk mengurangi ketegangan otot sekitar saluran kemih sehingga kateterisasi urine dapat diangkat tanpa menyebabkan trauma berlebihan

2.2 KECEMASAN

2.2.1 Pengertian

Kecemasan adalah pengalaman manusia yang universal, suatu respon emcsional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena sesuatu sumber ancaman / pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasikan. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi yang mempunyai peran utama dalam proses penyesuaian individu yaitu sebagai indicator rspon terhadap stress dan sebagat suatu tanda untuk menghadapi stress yang selanjutnya. Kecemasan dalam batas - batas tertentu ternyata dianggap cukup signifikan sebagai peringatan adanya ancaman sehingga untuk itu individu dapat mempersiapkan prcses penyesuaian diri yang lebih efektif ( Kaplan and Saddock, 1995).

Menurut Stuart dan Suddens ( 1998 ) bahwa respon individual terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis dan psikologi.

2.2.2 Respon Fisiologis

Respon fisiologi kecemasan yang timbul tergantung pada tingkat dan lamanya kecemasan, karakteristik fisiologis kecemasan adalah :

Tabel 1.1 Respon fisiologi kecemasan

Tingkat kecemasan

Respon fisiologis

Ringan

  • Nafas pendek
  • Irama jantung dan tekanan darah meningkat
  • Gejala yang tidak enak pada lambung, napsu makan menurun
  • Ekspresi muka gugup

Sedang

  • Napas pendek
  • Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
  • Mulut kering, gangguan pada lambung, anoreksia, diare, konstipasi, badan gemetar ( wajah ketakutan, otot –otot meregang, respon badan bergetar, ketidak mampuan untuk relaksasi, susah tidur )
  • Gelisah

Berat

  • Napas pendek, cepat, dangkal, rasa tercekik dan tersumbat
  • Hipotensi, pusing, nyeri dada
  • Palpitasi
  • Mual
  • Agitasi
  • Koordinasi motorik berkurang, gerak tubuh involunter, tubuh bergetar, ekspresi wajah menakutkan, pucat, berkeringat

2.2.3 Respon Psikologis

Respon psikologis menurut beberapa sumber terdiri dari Respon perilaku diantaranya : Perasaan gelisah, ketegangan fisik, tremor gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi serta menghindari diri dari masalah. Respon kognitif diantaranya : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, persepsi menurun, kreatifitas menurun, bingung, sangat waspada, kehilangan objektifitas, takut pada gambaran visual, takut cedera dan kematian. Respon afektif diantaranya : Kondisi gelisah, tidak sabar, tegang, nervous, mudah terganggu, ketakutan, tremor, dan gugup (Stuart dan Sudden, 1998 )

2.3 Tingkat kecemasan

( Menurut Stuart and Sudden, 1998 ) bahwa tingkat kecemasan dan efeknya terhadap individu terdiri dari : Kecemasan ringan yaitu berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan cara persepsinya, kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Kecemasan sedang yaitu memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga yang seseorang mengalami perhatian yang selektif namum dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.. Kecemasan berat yaitu Kecemasan biasanya berhubungan dengan terperangah, ketakutan, terror. Biasanya individu ini mrngalami kehilangan kendali, individu yang mengalami kecemasan berat tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

2.4 Faktor – factor yang mempengaruhi kecemasan

Berbagai factor dapat melatarbelakangi timbulnya kecemasan pada klien yang akan dilakukan pemasangan kateter. Faktor – factor yang melatarbelakangi kecemasan antara lain :

a. Jenis Kelamin

( Kapplan dan Saddock, 1997 ), mengemukakan bahwa diperkirakan jumlah mereka yang menderita kecemasan baik akut maupun kronik 1 tahun terentang dari 3 – 8 % dari jumlah penduduk dengan perbandingan antara wanita dan laki – laki 2 : 1.

b. Umur

Semakin tua usia seseorang maka semakin baik ia dalam mengendalikan emosinya ( Hurlock, 1996 ).

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan menurut kamus besar Poerwadarmina ( 1996 ) adalah proses pengubahan sikap dari tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi dengan semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan mereka dapat berpikir secara rasional dan menahan emosi yang baik.

Rabu, 23 Juni 2010

anfaat jahe merah

Beberapa Ramuan Jahe Merah

1. Untuk Atasi Rematik
Ramuan 1:
Siapkan jahe merah segar 20 gram, temulawak 20 gram, cabe jawa 20 gram, kumis kucing 30 gram, daun komfrey 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas.

Semua bahan dicuci bersih, rajang atau diiris tipis, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring.

Minum 2 kali pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Agar rasanya lebih segar, tambahkan 2 sendok makan madu dan perasan jeruk nipis.

Ramuan 2:
Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun dewa segar 30 gram, irisan kering mahkota dewa 20 gram, daun meniran segar 30 gram, daun sendok 30 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil-kecil, lalu direbus. Tunggu hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian saring.

Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, sekali minum 1 gelas. Bila suka, tambahkan madu.

2. Untuk Atasi Keropos Tulang
Siapkan jahe merah segar 20 gram, kacang hijau 30 gram, biji cengkih 10 gram, kapulaga 10 gram, merica 15 gram, kayumanis 20 gram, dan air 4 gelas.

Bahan-bahan dicuci bersih dan dilumatkan atau dimemarkan. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, kemudian disaring. Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. Agar rasanya nikmat, bisa ditambahkan 2 sendok makan madu.

3. Untuk Atasi Asma
Siapkan jahe merah segar 20 gram, daun sambiloto 30 gram, daun randu 30 gram, daun lampes 20 gram, dan air untuk minum 4 gelas. Semua bahan setelah dicuci bersih, diiris atau dirajang kecil. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring.

Minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas. agar rasanya segar, bisa ditambahkan madu dan perasan jeruk nipis.

4. Untuk Atasi Stroke
Siapkan jahe merah 20 gram, mengkudu 40 gram, pule pandak 20 gram, daun dewa 30 gram, daun ciremai 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Setelah semua dicuci, dirajang atau diiris. Rebus dengan air 4 gelas hingga air rebusan tersisa 1,5 (satu setengah) gelas, kemudian saring.
Minum tiga kali pada pagi, siang, dan sore setelah makan. Sekali minum _ (setengah) gelas.

5. Menambah Gairah Seks
Siapkan jahe merah 15 gram, gingseng 30 gram, cabe jawa 20 gram, lada hitam 20 gram, air untuk minum 4 gelas. Semua bahan dicuci, direbus hingga air rebusan tersisa 2 gelas kemudian disaring.

Minum 2 kali pada pagi dan sore. Sekali minum 1 gelas. Bisa tambahkan kuning telur 1 butir dan 2 sendok makan madu murni. Aduk hingga merata sebelum diminum.

Catatan: Agar lebih aman, tetaplah berkonsultasi dengan ahli tanaman obat atau ahli penyembuhan herbal. @ Suharso Rahman (sumber : Kompas cybermedia, 25 Juli 2004)